Taiwan sekarang seperti paradoks hidup. Negara pulau dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa itu kini berdiri di barisan depan ekonomi maju dunia—namun secara diplomatik hanya diakui oleh 12 negara saja.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman pada Kamis, 06 November 2025 – 13:39 WIB oleh Muhaimin dengan judul “Ini Rahasia Taiwan Maju Meski Hanya Diakui 12 Negara Saja”.

Home Asia Pasifik Eropa Amerika Timur Tengah Afrika Jagad Jungkir Balik Indeks Home Asia Pasifik Eropa Amerika Timur Tengah Afrika Jagad Jungkir Balik Indeks   Log in   Home Asia Pasifik Ini Rahasia Taiwan Maju Meski Hanya Diakui 12 Negara Saja Muhaimin Kamis, 06 November 2025 – 13:39 WIB views: 2.039 Taiwan berhasil menjadi negara maju dengan teknologi chipnya meski hanya 12 negara yang mengakuinya sebagai negara merdeka. Foto/Brookings JAKARTA – Taiwan sekarang seperti paradoks hidup.

Negara pulau dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa itu kini berdiri di barisan depan ekonomi maju dunia—namun secara diplomatik hanya diakui oleh 12 negara saja. Baca Juga : Zohran Mamdani Kuliah di Mana? Taiwan, yang bernama resmi Republik China (ROC) dan beribu kota di Taipei, sudah puluhan tahun memiliki pemerintahan sendiri yang demokratis di pulau kecil.

Namun, Republik Rakyat China (RRC) yang diperintah rezim komunis tetap mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya—lebih tepatnya sebagai provinsinya yang “nakal”.

Saat ini, hanya ada 12 negara yang mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Ke-12 negara itu adalah Belize, Guatemala, Haiti, Paraguay, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Tuvalu, Marshall Islands, Palau, Eswatini, dan Vatikan. Baca Juga: 3 Negara yang Teguh Tak Akui Taiwan, Salah Satunya Indonesia Taiwan bukan anggota PBB, tak punya kursi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan kerap dihapus dari peta politik oleh tekanan RRC.

Tapi lihatlah ke dunia nyata: chip buatan Taiwan menggerakkan hampir setiap smartphone, server kecerdasan buatan (AI), hingga pesawat tempur modern. 8 Rahasia Taiwan Jadi Negara Maju

1. Sedikit Pengakuan, tapi Banyak Jaringan Secara resmi, hanya segelintir negara di Pasifik, Karibia, dan Amerika Latin yang masih mempertahankan hubungan diplomatik penuh dengan Taipei.

Sebagian besar dunia, termasuk Indonesia, memilih menjalin hubungan dengan Republik Rakyat China (RRC). Namun, diplomasi Taiwan tidak berhenti di situ. Puluhan kantor perwakilan ekonomi dan kebudayaan—dikenal sebagai Taipei Economic and Cultural Office—tersebar di kota-kota besar dunia, termasuk di Jakarta.

Mereka tak membawa bendera politik, tapi menjadi penghubung ekonomi, teknologi, dan budaya. Inilah keajaiban pragmatisme Taiwan, secara formal terisolasi, tapi secara fungsional terhubung ke mana-mana.

2. Kekuatan Chip-nya Bikin Dunia Tak Bisa Hidup Tanpa Taiwan Kunci kemajuan Taiwan bisa dirangkum dalam satu kata: semikonduktor.

Perusahaan raksasa seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) kini menjadi jantung industri teknologi dunia. Sekitar 60 persen chip global dan lebih dari 90 persen chip paling canggih dibuat di sana. Tanpa chip Taiwan, iPhone tidak bisa berfungsi, Tesla tak bisa berjalan, dan superkomputer AI akan berhenti berpikir.

Saking pentingnya, banyak analis menyebut Taiwan sebagai “Silicon Shield”—tameng teknologi yang membuat dunia harus melindunginya, apa pun status politiknya. Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa bahkan berinvestasi besar-besaran untuk menjaga hubungan dengan TSMC dan mendorong pembangunan pabrik chip di wilayah mereka.

3. R&D, Pendidikan, dan Etos Teknologi Kemajuan Taiwan bukan datang dari langit.

Negara ini berinvestasi besar dalam riset dan sumber daya manusia. Pemerintah Taiwan mengalokasikan lebih dari 3 persen PDB untuk R&D (penelitian dan pengembangan), dan bekerja sama erat dengan universitas teknik serta lembaga penelitian. Generasi muda Taiwan dididik dalam budaya teknokratik—disiplin, efisien, dan haus inovasi.

Tak heran, dalam Global Innovation Index 2024, Taiwan menempati posisi ke-8 dunia, mengungguli banyak negara yang secara diplomatik lebih “terhormat”.

4. Klaster Industri yang Saling Menguatkan Taiwan membangun ekosistem industri yang solid, dari desain chip, manufaktur, hingga pengepakan dan pengujian, semuanya terhubung dalam radius yang efisien.

Perusahaan kecil-menengah (SME) menjadi tulang punggung. Mereka fleksibel, cepat beradaptasi, dan punya akses langsung ke pasar global. Pola ini mirip “desa industri”—klaster perusahaan yang saling melengkapi dalam rantai pasok, memungkinkan inovasi cepat tanpa birokrasi berlebih. Model ini terbukti lebih efisien dibandingkan sistem industri raksasa di negara besar.

5. Kebijakan Industri yang Realistis dan Terarah Pemerintah Taiwan bukan pemain tunggal, tapi fasilitator cerdas. Mereka memberi insentif pajak untuk perusahaan teknologi, membangun infrastruktur, dan mendorong kemitraan riset tanpa menghambat pasar bebas.

Alih-alih proteksionisme, Taiwan memilih strategi cooperation over control, yakni membiarkan pasar berinovasi, sambil memastikan hasilnya tetap memberi nilai tambah di dalam negeri. Apa yang dilakukan Taiwan seperti bentuk kapitalisme cerdas, campuran antara disiplin Asia Timur dan dinamika liberal Barat.

6. Diplomasi Ekonomi: Lemah di Protokol, tapi Kuat di Praktik Kekuatan Taiwan bukan di gedung kedutaan, tapi di meja kerja sama. Negara ini punya “hubungan tak resmi” dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, hingga Indonesia. Semua lewat kanal ekonomi, pendidikan, riset, dan budaya. Taiwan juga menjadi anggota WTO dan APEC dengan nama Chinese Taipei. Artinya, dunia mungkin tak mengakui benderanya, tapi mengakui barang-barangnya, teknologinya, dan kontribusinya.

7. Tekanan China Justru Memperkuat Posisi Taiwan Ironisnya, tekanan dari Beijing—baik diplomatik maupun militer—justru membuat Taiwan makin penting di mata Barat. Setiap kali China menekan, dunia industri bereaksi seolah-olah tidak bisa kehilangan Taiwan. Hasilnya, investasi asing mengalir, kerja sama teknologi meningkat, dan posisi strategis Taiwan di rantai pasok global makin kokoh. Amerika, misalnya, kini memperkuat hubungan dengan Taipei lewat Taiwan Enhanced Resilience Act, sementara Jepang dan Australia memperdalam kerja sama keamanan non-formal. Dunia pun paham bahwa menjaga Taiwan bukan soal politik, tapi soal stabilitas ekonomi global.

8. Demokrasi dan Good Governance Selain unggul di ekonomi, Taiwan juga menjadi contoh demokrasi Asia yang stabil. Freedom House menempatkan Taiwan sebagai salah satu negara paling bebas di Asia, dengan media independen, pemilu transparan, dan supremasi hukum yang kuat. Stabilitas politik inilah yang membuat investor asing betah. Di saat banyak negara demokrasi baru masih berjuang melawan korupsi dan birokrasi, Taiwan telah memadukan keterbukaan politik dengan efisiensi birokrasi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *